Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD) 2015

Maksud

Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD) merupakan jenjang pengkaderan tinkat pertama (basic) dan merupakan proses indoktrinasi awal bagi seluruh anggota GMNI yang telah disahkan melalui Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB). Dalam KTD, lebih mengarusutamakan pemahaman secara konperehensif ideologi Marhaenisme, bagaiamana bentuk ruang aplikatif Marhaenisme sesuai konteks GMNI kekinian. Dengan pemahaman ideologi yang baik dan didukung oleh keyakinan atas ideologi tersebut, maka anggota calon kader diharapkan akan mampu menjalankan tugas-tugas perjuangan secara konsisten mulai metode berpikir yang dipakai dan pola kehidupan sehari-hari.

KTD juga merupakan wadah untuk meramu anggota calon kader menjadi progressif-revolusioner. Bagaimana mentalitas dan cara berikir mereka dirubah menjadi cara pandang yang dinamis dan dialektis. Sehingga mampu menciptakan prasyarat menuju cita-cita Revolusi Indonesia, yakni Sosialisme Indonesia sesuai Pancasila 1 Juni 1945.

Format Pengkaderan

Format yang akan dipakai - khususnya di GMNI Kediri - adalah bentuk materi ruangan dan lapangan (semi-outbond) yang dilaksanakan di tempat bernuansa alam, jauh dari keramaian. KTD dilaknakan selama 3 hari 2 malam dengan konsep live in, yakni peserta tidak dijinkan pulang pergi ke rumah selama KTD berlangsung.

Ada beberapa materi yang akan disampaikan dalam materi ruangan, yakni 1) Manajemen Organisasi, 2) MDH (Materialisme Dialektis dan Historis), 3) Pendalaman Marhaenisme, 4) Analisa Sosial, 5) Politik - Ekonomi, 6) Muatan Lokal. Sedangkan materi lapangan berupa field research singkat terhadap kondisi sosial massyrakat sekitar, melalui konsep analisis sosial yang telah diajarkan dan menggunakan metode-metode berpikir MDH.

Pendaftaran Peserta 

Bagi calon peserta dari anggota GMNI Kediri;

1. Mengisi biodata pada form yang telah disediakan panitia
2. foto kopi Sertifikat PPAB atau tanda bukti lainnya yang menerangkna telah mengikuti PPAB
3. Foto kopi KTP atau Kartu Tanda Mahasiswa
4. Pas Foto berwarna 3x4, 3 lembar
5. Lain-lain yang ditentukan selanjutnya

Bagi calon peserta dari anggota GMNI Luar Kediri;
1. Mengisi biodata pada form yang telah disediakan panitia
2. Membawa surat pengantar dari DPC yang bersangkutan
3. Foto kopi KTP atau Kartu Tanda Mahasiswa
4. Pas Foto berwarna 3x4, 3 lembar
5. Lain-lain yang ditentukan selanjutnya

Waktu Pendaftaran 

Selambat-lambatnya seluruh persyaratan diterima panitia pada tanggal 10 Desember 2015



Kapitalisme Bergerak

Doktrin kapitalisme mempostulatkan modal sebagai lokomotif utama dalam sirkulasi ekonomi. Kekuatan modal dipakai untuk mengusai seluruh aspek produksi, berupa alat produksi, tenaga kerja, sistem distribusi, dan keseluruhan yang berhubungan dengannya. Nilai lebih yang dihasilkan keseluruhan produksi semata-mata hanya untuk pemilik-pemilik modal. Nilai yang tertanam dalam doktrin ini begitu sederhana. Kapitalisme hanya memiliki satu nilai dalam sistemnya, yakni profit. Sehingga, ia tidak mengijinkan nilai-nilai lain seperti kemanusiaan, keseimbangan, keadilan sosial, mengintervensi segala bentuk aktivitas ekonomi.

Ketimpangan yang dihasilkan kapitalisme melahirkan kesadaran bahwa ia harus dihancurkan. Marx memberikan konsepsi teoritis bahwa keruntuhan kapitalisme adalah keniscayaan sejarah dan akan digantikan oleh sistem masyarakat komunis. Tranformasi ini kemudian didebatkan oleh para penafsir Marx meski dalam dimensi yang sama, yakni revolusi. Lenin di Rusia misalnya. Dalam penghancuran kapitalisme, menurutnya dibutuhkan konfrontasi bersenjata terhadap negara borjuistik. Negara direbut dan dijadikan alat untuk mengeliminasi klas borjuis, yang berbuntut pada kehancuran kapitalisme.

Kelompok Eurocomunnism memberikan cara-cara yang benar-benar berbeda dengan apa yang dipraktekkan Lenin di Rusia. Mereka lebih mengandalkan strategi parlementer dalam mendorong kapitalisme menuju jurang kematiannya. Cara yang lebih dianggap relevan dengan kondisi masyarakat indrustri maju. Namun, seiring kemunculan negara-negara industri modern di Eropa dan Amerika Serikat pasca Perang Dunia II memberikan tantangan baru kepada kelompok marxian di negara-negara tersebut. Hasilnya, pada tahun 1960-an dan 1970-an muncul polemik di kalangan kaum marxis. Isu utamanya adalah: mengapa kaum buruh di Eropa dan Amerika menjadi tidak revolusioner? Ujungnya pertanyaan dasar kembali muncul: bagaimana kapitalisme bisa dihancurkan?.

Bernstein dalam tulisan Rosa Luxemburg berjudul Reform or Revolution pada tahun 1900, menyangsikan kemunduran kapitalisme bakal terjadi. Kebangkrutan kapitalisme menjadi mustahil, sebab, kapasitas adaptasi kapitalisme semakin tinggi. Kian lama ideologi itu bertranformasi menjadi varian-varian yang tak terduga. Analisis Bernstein didasarkan atas dua hal. Pertama; hilangnya krisis-krisis umum yang disebabkan perkembambangan sistem kredit, organisasi-organisasi majikan, sarana komunikasi, dan jasa informasi. Kedua; keuletan kelas menengah dalam meningkatkan cabang-cabang produksi , dan lapisan ploretariat yang naik menjadi kelas menengah.

Barangkali itu benar. Fritjof Capra (2001) menganalisis kapitalisme global melahirkan tata kelola ekonomi baru yang semakin kompleks dan rumit. Revolusi teknologi informasi mendorong kelahiran kapitalisme baru yang bercirikan; 1) inti aktivitas ekonomi bersifat global, 2) sumber-sumber produtivitas dan kemampuan bersaing adalah inovasi, penciptaan pengetahuan, dan pengelolaan informasi, 3) sebagian besar terstruktur di sekitar jaring-jaring aliaran dana.

Ekonomi kapitalisme baru berjalan real time. Bergerak cepat melalui jaringan-jaringan keuangan global. Teknologi informasi dan komunikasi canggih memperkenankan modal finansil beralih cepat dari satu pilihan ke pilihan lain. Modal tersebut diinvestasikan di berbagai macam aktivitas ekonomi. Perolehan keuntungan dialirkan kembali ke dalam meta-jaringan (meta-network) aliran keuangan. Ekonomi baru yang dihasilkan begitu kompleks dan bergolak, sehingga sukar diuraikan melalui pemahaman ekonomi konvensional. Di dalamnya penuh dengan ‘penjudi-penjudi’ dengan berbagai macam spekulasinya, tampak seperti kasino global.

Beginilah Manuel Castells mendiskripsikan kasino global yang dihasilkan dalam proses tersebut:

“Modal yang sama ditarik-ulur antar-ekonomi dalam hitungan jam, menit, dan terkadang detik. Disokong oleh deregulasi....dan pembukaan pasar uang domestik, program-program komputer hebat dan para analisis keuangan/pakar komputer piawai yang duduk di simpul-simpul global suatu jaringan telekomunikasi elektif bermain-main secara harfiah, dengan milyaran dolar....para penjudi global ini bukanlah spekulator tak dikenal, tetapi merupakan bank-bank investasi besar, dana pensiun, perusahaan multinasional....dan mutual yang diusahakan hanya demi manipulasi keuangan,”
Ciri ekonomi baru, lanjut Capra, pada titik yang paling mengkhawatirkan mungkin adalah ekonomi yang dibentuk secara mendasar oleh mesin. Pasar global, secara sempit, sesungguhnya bukanlah pasar menurut pikiran orang umum. Ia adalah suatu jaringan mesin-mesin yang diprogram menurut satu nilai tunggal: menghasilkan uang dan hanya demi menghasilkan uang. Aliran keuangan yang bergerak saat ini di luar kendali pemerintah, korporasi, dan lembaga-lembaga keuangan. Uang hampir tidak bergantung pada produksi dan jasa. Kekuasaan ekonomi berada di dalam jaring-jaring keuangan global. Ia menentukan nasib sebagian besar pekerjaaan. Sistem inilah yang disebut dengan sistem logika automaton.

Implikasi kapitalisme baru terhadap sosial, budaya, relasi kekuasaan menyeret berbagai aspek tersebut untuk tunduk pada ‘perubahan’. Dampak sosial nyata adalah tenaga kerja semakin dijauhkan dari sirkulasi modal. Modal digerakkan dijaringan global, tenaga kerja bersifat lokal. Kongsi -kongsi tenaga kerja menjadi lemah, sebab ketakutan arus modal mudah berpindah dengan cepat. Alih-alih ingin upah dan kehidupan layak, mereka dapat dengan mudah kehilangan pekerjaan mereka. Teknologi yang semakin mutakhir, membuat perusahaan-perusahaan mengatasnamakan efektif dan efisien dengan mudah melakukan restrukturalisasi (bisa dalam bentuk PHK), membuat jaringan desentralisasi tenaga kerja dengan merekrut melalui kontrak individu, sehingga tenaga kerja kehilangan identitas kolektif dan posisi tawar mereka.

Tranformasi kapitalisme memberikan tantangan. Terutamanya pada kelompok-kelompok akar rumput berhaluan anti-kapitalis, seperti front marhaenis di Indonesia. Doktrin marhaenisme – sosialisme ala Indonesia – merupakan tanggapan serius terhadap pola ekonomi yang dihasilkan Revolusi Industri Eropa. Ia ingin ekonomi lebih adil, zonder exploitation d’lhomme par lhomme (tanpa eksploitasi manusia terhadap manusia lain), pemerataan kekayaan, dan segala hal baik lainnya. Lalu, arus baru kapitalisme global yang dimotori revolusi teknologi informasi menuntut pola baru dalam membendung dan menanggulanggi ketidakadilan yang dihasilkan olehnya.

Oleh : Anam Koenam, Ketua DPC GMNI Kediri

Daftar Bacaan

Rosa Luxemburg, Reform or Revolution, pdf
Fritjof Capra, The Hidden Connections, penj. Andya Primanda (Yogyakarta & Bandung: Jalasutra, 2009)
Nezar Patria & Andi Arief, Antonio Gramsci: Negara dan Revolusi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)